Skip to main content

Ngentot dengan Anak SMA

Saya Andri, 32 Tahun , kisah saya ini berawal sekitar tahun 2004 ketika saya memutuskan untuk pindah dari mess kantor saya, dan mencari rumah kontrakan di daerah sekitar rumah om saya, di Jaksel, dari iklan koran pos kota akhirnya saya dapatkan rumah kontrakan dipinggir tol, sepanjang Jl. TBS. daerah ini masih berupa kampung yang masyarakatnya masih sering kumpul-kumpul dan masih saling mengenal satu sama lain, antara pendatang dan penduduk asli sangat akrab, suasananya jauh beda dengan suasana di pedesaan di daerah asal saya, beruntung sekali saya dapat rumah kontrakan di Jakarta dengan suasana seperti ini. Begitu mulai tinggal disana ( pada waktu itu saya masih bujangan ), saya mulai berkunjung memperkenalkan diri ke tetangga-tetangga rumah saya , sebelumnya lapor bapak ketua RT terlebih dahulu yang kebetulan pas di depan rumah kontrakan saya. Tetangga kiri saya, tinggal keluarga yang lumayan besar, terdiri dari 2 anak laki2 dan 3 anak perempuan ( sebenarnya perempuan ada 2 lagi ta...

Berawal dari SMS, Berakhir di Ranjang

Awal Juni 2011, sy mendapat tugas keluar kota. Setelah melakukan perjalanan udara hampir tiga jam dari Jakarta, akhirnya sy sampai di salah satu kota di Pulau Sumatera. Di bandara, sy sudah ditunggu tiga orang: dua lelaki, satu wanita. Kami lalu saling berjabat tangan, masing-masing memperkenalkan diri. Lelaki gendut itu namanya Pak Ary. Lelaki satunya bernama Pak Yudi. Terus yg wanita namanya Ibu Willy. Oh iya, ini memang kali pertama sy bertemu muka dengan mereka. Sejenak kami ngobrol basa basi di area bandara.

Selang sepuluh menit, mobil penjemput membawa sy ke sebuah rumah makan ternama di kota itu. Perjalanan dari bandara ke rumah makan kurang lebih memakan waktu 30 menit. Di sela makan siang itu, Pak Yudi dan Pak Ary menceritakan banyak hal tentang kota yg sy singgahi. Sementara Ibu Willy yg usianya sekitar 33 tahun tidak banyak bicara. Sesekali wanita itu hanya mencuri pandang. Namun sy kurang terlalu peduli.


Makan siang usai. Para penjemput mengajak sy keliling kota. Sy duduk dijok depan bersama Pak Ary. Di dalam mobil, Pak Yudi dan Pak Ary malah yg lebih sering nyerocos. Sedangkan Ibu Willy tidak banyak ngomong. Paling sesekali saja dia ikut nyeletuk (nimbrung). Menjelang sore, kami menuju hotel. Pak Yudi memesan dua kamar.

"Satu kamar untuk Mas Tam dan Pak Ary, satu kamar lagi untuk Bu Willy. Kamarnya berdekatan, kok,” kata Pak Yudi sambil membagi kunci kamar hotel.
“Loh, Pak Yudi nggak nginap di sini?” tanya sy.
“Nggak. Nanti sy tidur di rumah saja. Ada tugas kantor yg harus sy selesaikan malam ini. Kalo Mas Tam butuh sesuatu, Pak Ary dan Bu Willy siap membantu. Sy sudah tugaskan kepada kedua orang itu,” ujar Pak Yudi. Pak Ary dan Bu Willy menganggukan kepala secara bersamaan sebagai tanda siap. “Oh iya, biar nanti koordinasinya mudah, silakan Mas Tam catat nomor ponsel Bu Willy,” lanjut Pak Yudi.
“Siap, Pak Yudi!” balas sy. Tak berapa lama, Pak Yudi pun pamit. Sy, Pak Ary dan Bu Willy lalu masuk kamar hotel.

***

Jarum jam di kamar hotel menunjuk angka 22.00 WIB. Pak Ary sudah terkapar lebih dulu di atas kasur. Tidurnya pulas sekali sampai ngorok (mendengkur). Dia mungkin sangat kecapekan. Maklum, sejak siang dia yang nyetir mobil. Sementara sy masih menonton televisi. Mata sy belum ngantuk. Padahal, sy juga letih. Tiba-tiba ponsel sy berdering.

“Malam Pak Tam…Bagaimana istirahatnya, nyaman kah? Maaf jika mengganggu” Tertulis nama Bu Willy sebagai pengirim SMS.
“Malam juga Bu Willy…Lumayanlah, nyaman juga. Tapi lebih nyaman lagi kalo ada perempuan yg mau mijitin dan nemenin sy….hehehe” balas sy.
“Oh….gitu yah. Apa perlu sy carikan, Pak? Biar sy tanya dulu ke petugas atau security hotel.” Bu Willy membalas SMS sy.
“Silakan saja kalo ada…hehe ” jawab sy.

Sekitar sepuluh menit berselang, SMS baru masuk keponsel sy. “Maaf Pak Tam, hotel ini tidak menyediakan tukan pijat perempuan. Adanya tukang pijat laki-laki. Apa Pak Tam mau?”
“Kalo yg mijit laki-laki, sebaiknya sy tidur saja….hehehe” balas sy.
“Hehe iya yah Pak Tam. Sayangnya sy juga tidak bisa mijit…hehe” kata Bu Willy dalam SMS-nya.
“Ya sudah, nggak apa-apa. Makasih ya, Bu Willy.”
“Sama-sama, Pak Tam. Selamat beristirahat.”

***

Malam kian larut. Jarum jam menunjuk angka 23.30 WIB. Rasa kantuk belum mendekap sy. Sy masih asyik nonton televisi. Ponsel sy kembali bunyi. Satu SMS masuk dari Bu Willy.
“Apa Pak Tam sudah tidur? Sy nggak bisa tidur.”
“Belum. Kenapa, Bu?” tanya sy, datar saja.
“Nggak apa-apa kok, Pak. Sy lg butuh temen ngobrol saja. Eh, apa Pak Ary sudah tidur?”
“Sudah, sejak jam 22.00 WIB tadi.”
“Oh…Pak Tam lagi ngapain?”
“Sy masih nonton tv sembari rebahan. Ini filmnya lg hot…seru & panas! Hehe. Bu Willy lg ngapain?”
“Sama, Pak. Sy juga lg nonton film hot. Chanelnya yg luar negeri itu ya, Pak?”
“Iya.” Balas sy, singkat.

“Ah, andai saja ada lelaki yg nemenin sy nonton, pasti bakal lebih ‘seru’ lagi tuh hehe Apalagi skrng sy cuma pake selimut. Seluruh pakaian, termasuk pakaian dalam, udah sy lepas semua…hihihi” Tanpa sy duga, Bu Willy berani SMS begitu.
“Waw! Bu Willy serius?” Mendadak pikiran sy mulai ngeres. (Ah, dasar lelaki! Hehehe)
“Iya, Pak. Sy serius! Kalo Pak Tam pengen bukti, silakan datang sendiri ke kamar sy. Sy tunggu loh, Pak...”

Sy masih belum percaya. “Kalo skrng sy datang ke kamar Bu Willy, terus sy mau diapain? Hayoooo….hehehe”
“Ya terserah, Pak Tam saja apa maunya. Mau lihat boleh, pegang juga boleh, kok.”
“Hahahaha…” Sy ngakak. Sy pikir Bu Willy sedang becanda.
“Kok ketawa seh, Pak. Sy serius. Bapak ke sini dong, temenin sy…” pinta Bu Willy, kelihatan serius dari isi SMS-nya.
“Oke. Sy mau ke kamar Ibu dengan dua syarat. Pertama, sy ke kamar Ibu hanya untuk minta yg enak-enak saja. Kedua, Bu Willy tidak usah menceritakan ke siapapun bila di kamar Ibu terjadi ‘sesuatu’. Deal?” sy mengajukan penawaran.
“Ok, setuju. Sy tunggu kedatangan Pak Tam, secepatnya yah.” Jawabnya.

***

Tanpa pikir panjang, sy segera bergegas ke kamar Bu Willy. Kebetulan lorong hotel sudah sepi. Aman, pikir sy. Sy kemudian mengetuk pintu. Selang beberapa detik, Bu Willy membuka pintu. Dia mematung di depan pintu. Tubuhnya dibalut selimut merah. Rambut panjangnya terurai. Sejenak kami sama-sama terdiam, lalu tersenyum.

“Silakan masuk, Pak,” ajak Bu Willy.
Sy melangkah masuk, lantas duduk di atas kasur. Setelah mengunci pintu, Bu Willy meninggikan suara tv, kemudian duduk dihadapan sy. Lagi-lagi kami hanya bisa senyum, saling berpandangan. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut sy maupun dari mulut Bu Willy.

Tiba-tiba saja kedua tangan sy refleks melepas selimut yg melilit tubuhnya. Bu Willy tersenyum, matanya tajam menatap sy. Tanpa menunggu komando, kami langsung berciuman. Tangan kanan sy mulai nakal. Payudara Bu Willy sy remas-remas secara perlahan. Bu Willy mendesah pelan. Tangan kanannya spontan mengelus-elus kemaluan sy.

Sy semakin berani. Dua payudaranya sy hisap. Tangan sy mulai menyentuh kemaluannya. Sy ciumi perutnya hingga sy ciumi vaginanya. Vaginanya terus sy jilati. Wow…Bu Willy meracau. Desahannya membuat nafsu seks sy kian menggila. Sy mencium bibirnya lagi. Kami berpagutan. Lama sekali.

“Masukin dong, Pak. Sy sudah nggak tahan neh…” katanya.
Langsung sy rebahkan Bu Willy. Sy jilati lagi kemaluannya. Payudaranya sy remas-remas. Napasnya semakin tak beraturan. Segera sy arahkan kemaluan sy ke kemaluannya. Blesssss…sy menggenjotnya beberapa kali. Sesekali tangan sy meremas payudaranya. Mulut sy pun ikut mengisap teteknya. Bu Willy mengerang. Sy bener-bener menikmatinya.

Tak berapa lama, kami mengubah posisi. Bu Willy di atas. Goyangan Bu Willy membuat sy semakin liar. Sy mendekap tubuhnya, erat sekali. Kedua payudaranya terus sy hisap secara bergantian. Bu Willy mempercepat gerakannya. Ah ah ah…Rupanya Bu Willy mencapai orgasme. Tubuhnya menggelinjang hebat di atas tubuh sy. Sy pun rasanya semakin mendekati puncak kenikmatan. Giliran sy yg mempercepat aksi. Dan akhirnya sy mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Aaaaaahhhhh…Seketika sy bener-bener terkapar. Lama sekali kami saling berpelukan. Sy tak henti-henti menciumnya.

Setelah tenaga kami mulai terkumpul kembali, kami bangun, duduk sejenak, kemudian sama-sama berdiri. Sy memeluk dan menciumnya sebelum sy kembali ke kamar. Bu Willy terlihat puas, bahagia. Tentu sy pun tak kalah senangnya. Sy lalu pamitan. Begitu sy sampai kamar, SMS dari Bu Willy masuk.

“Pak Tam luar biasa. Makasih yah. Tapi sejujurnya sy sedih, karena Pak Tam besok sore harus kembali ke Jakarta. Lain kali kalo Pak Tam datang ke kota ini, jangan lupa kontak sy. Nanti kalo sy ke Jakarta, sy juga pasti ngontak Pak Tam. Oke? Selamat istirahat, Pak.”
“Siap. Mksh juga yah. Selamat rehat, Bu Willy.” Balas sy. Sy kemudian tertidur… [END]

Comments

Popular posts from this blog

Teh Lilis

Pulang kampung adalah hal yang jarang Liban lakukan, dan kali ini Liban memaksakan diri utk pulang. Setelah mendapatkan ijin dari sang big boss, Liban menuju ke kampung dimana dia dulu di lahir kan. Liban membawa mobil kantor, berangkat dari jakarta, jam 11 malam, dan sampai di Bandung jam 2.30, Liban langsung menuju Ciwidey, sampailah di sana sekitar jam 4 subuh. Liban memasuki perkarangan rumah nya, gelap masih menyelimuti kampung Liban yg cukup terpencil.( sekedar informasi, rumah Liban mirip posisi nya seperti rumah si doel anak sekolahan, tapi perkarangan nya tidak seluas rumah si Doel.) Saat liban mematikan mesin mobilnya, terlihat lampu ruang tengah menyala. Dan ada kepala yg melongok dari jendela yg di tutupi gorden. " maahh..." kata Liban sambil membuka pintu mobil. " eh a'a... " begitulah biasa mamah Liban memanggilnya dgn sebutan a'a. Angin subuh yg dingin menyambut kedatangan Liban. Liban turun dari mobil membawa banyak sekali oleh2 utk mamah...

Nikmatnya Anak Tetangga

Sudah beberapa hari ini aku memperhatikan seorang anak yang tinggal di sebelah rumah kontrakan ku.  Namanya adalah dea, seorang anak perempuan berumur 15tahun.  Dea tinggal dengan ibunya karena ayahnya sudah lama pergi meninggalkan dea dan ibunya. Ibunya dea adalah seorang penjaga toko di depan komplek rumah kami. Sisa peninggalan ayahnya hanyalah rumah yang sekarang di tempati nya.  Siang itu aku melihat dea menangis di pinggir rumahnya, maka ku hampiri saja. "dea, kenapa?" dea hanya menggeleng, mencoba menahan air matanya.  "ada apa? Koq kamu nangis? Coba cerita sama om doni." tanyaku akhirnya dea pun bercerita bahwa ia di pulangkan dari sekolahnya karena sudah 3 bulan menunggak spp, sementara ibunya belum mempunyai uang. "udah dea gak usah nangis..dea mau sekolah?" tanyaku dea pun hanya mengangguk.  "ya sudah, nanti om bantu, tapi dea harus janji ga boleh bilang sama mama kalo om yang bantu dea bayar spp gimana ?" tanyaku  "iya om...

Nikmatnya Digilir

Satu waktu ada om yang ngajak ku kencan. Aku si iya aja, soalnya omnya asik si, mana keren lagi orangnya. Aku diajaknya ke apartmentnya. Aku hanya mengenakan rok mini terusan yang tipis. “Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu apartmentnya. Dia lalu masuk ke kamar dan menukar pakeannya dengan baju mandi, "biar santai", katanya. Dia menyiapkan makanan yang dibelinya ketika menjemputku. Aku diajak makan, "Blon makan kan Nez". Kita makan sambil ngobrol. Selesai makan aku membantunya mencuci peralatan makan, Karena dia tinggal sendiri dia aprtmentnya. Aku gak nanya2 kenapa sendiri, bukan urusanku kan. Dia duduk disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena pakeanku tipis, maka bra dan CDku berbayang. Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nez". "Masak si om, Inez kurus gini". "Itu bukan kurus Nez, tapi langsing, proporsional lah badan kamu, makanya aku bilang kamu sexy", katanya sambil mengelus tanga...